KERAJINAN TEKSTIL
Nusantara sejak zaman Prasejarah
merupakan kawasan yang terdiri atas pulau-pulau. Letaknya diapit oleh Benua
Asia dan Australia serat Samudera Hindia – Pasifik. Kepulauan ini sekarang
lebih dikenal berdasarkan letak geografis tersebut Indonesia yang merupakan
daerah khatulistiwa dilintasi angina embusan musim Indo – Australia.
Adanya dua musim, yaitu musim
penghujan dan kemarau, menyebabkan penduduk Indonesia dalam menjalankan
kehidupan selalu beradaptasi dengan alam. Silih bergantinya kedua musim
tersebut mengakibatkan masyarakat biasa hidup berpindah – pindah sejak dahulu.
Mulai dari berpindah tempat tinggal hingga berpindah kegiatan, seperti kegiatan
bertani, berkebun, membuat kerajinan, berburu, mencari ikan, berdagang dan
kegiatan lainnya yang disesuaikan dengan perubahan musim saat itu.
Kegiatan membuat kerajinan
berhubungan dengan aktivitas pembuatan benda – benda kebutuhan hidup. Benda –
benda tersebut sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memeprmudah dan mempercepat
produktivitas kerja. Sejak dahulu rakyat Indonesia telah menggunakan produk
kerajinan sebagai alat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari, mulai dari
pakaian hingga kebutuhan ritual budaya. Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan
akan benda – benda atau pengembangan, tidak terbatas benda fungsional saja akan
tetapi perangkat keras yang dibuat dengan diperhalus dan diperindah, baik dari
segi penampilan, maupun dekorasinya. Pada akhirnya masyarakat memproduksi
penemuan atau alat – alat tidak hanya sebagai benda kebutuhan hidup sehari –
hari, namun juga sebagai benda hiasan.
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan alam serta budaya karena anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Bahan baku kerajinan banyak sekali tersedia di bumi Indonesia. Kekayaan alam dan budaya Indonesia merupakan modal munculnya keragaman motif, bentuk, bahan, serta teknik pada karya kerajinan Indonesia. budaya Indonesia yang unik dan memiliki ciri khas kedaerahan menjadi acuan yang dapat menjadi inspirasi dalam mengolah sumber daya tersebut sebagai produk kerajinan yang layak ekonomis. berdasarkan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh budaya luar sehingga bentuk dan corak produk yang beragam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang juga beraneka ragam.
Banyak kerajinan Indonesia yang
telah dikenal di mancanegara. Contohnya batik. Batik merupakan salah satu
kekayaan bangsa Indonesia yang tersebar di seluruh pelosok negeri. batik
menjadi kebanggaan Indonesia di dunia internasional sebagai warisan budaya nenek
moyang yang patut dilestarikan, dipelajari dan terus dikembangkan oleh setiap
generasi Indonesia. Pada generasi muda, peduli dan peduli terhadap budaya
Indonesia perlu ditanamkan sejak dini. pelestarian budaya Indonesia ke depan
tantangannya cukup berat. budaya yang telah mengakar di Indonesia lama – kadang
akan memudar jika tidak tergantung pada pemahaman dan kesadaran akan rasa cinta
tanah air. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan usaha dan kreativitas kita untuk
memperbaiki kondisi tersebut menjadi lebih baik. Pengetahuan dan pemahaman
tentang budaya, lingkungan hidup serta khasanah kerajinan Indonesia perlu
dipelajari lebih dalam agar tidak tererosi akibat kemajuan jaman.
A. Fungsi dan
Prinsip Kerajinan Tekstil.
Kerajinan merupakan bagian dari seni
rupa terapan yang diartikan sebagai proses produksi yang melibatkan
keterampilan manual dalam membuat benda – benda kebutuhan hidup yang dirancang
untuk tujuan fungsional (kegunaan) serta memiliki nilai keindahan. Produk
kerajinan dibuat tentunya memiliki tujuan. selain untuk menghias dan kegunaan
praktis, produk kerajinan tekstil dibuat untuk berbagai tujuan.
Di bawah ini diuraikan berbagai tujuan dari produk kerajinan
tekstil.
A. Fungsi
Penghias.
Kerajinan yang dibuat semata-mata – mata sebagai hiasan pada
suatu benda atau sebagai pajangan suatu ruang dan tidak memiliki makna tertentu
selain menghias. Contohnya hiasan dinding.
B. Fungsi Benda
Pakai.
Kerajinan yang dibuat berdasarkan tujuan untuk digunakan
sebagai kebutuhan sehari – hari. Contohnya busana, tas dan aksesoris.
C. Fungsi
Kelengkapan Ritual.
Kerajinan yang mengandung simbol – simbol tertentu dan
berfungsi sebagai benda magis terkait dengan kepercayaan dan spiritual.
Contohnya Ulos. kain tenun tersebut yang dikenakan saat upacara pernikahan,
pemakaman dan pesta adat lainnya.
D. Fungsi
Simbolik.
Kerajinan tekstil tradisional selain sebagai hiasan juga
berfungsi hal-hal tertentu yang berhubungan dengan nilai-nilai spiritual.
Contohnya permadani, tenun dan batik yang dibuat dengan motif simbolik.
Selain itu, kerajinan tekstil yang bertujuan sebagai fungsi hias dan fungsi pakai sama – sama memiliki nilai ekonomis. Kerajinan itu sendiri dapat menambah nilai jual suatu produk.
Adapun prinsip kerajinan fungsi hias dan fungsi pakai,
adalah sebagai berikut :
1. Keunikan Bahan
Kerajinan.
Sumber daya alam Indonesia yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan tersedia sangat berlimpah.
setiap permukaan bumi memiliki ciri sumber daya alam yang berbeda satu sama
lain. Contohnya laut. Sumber daya alam yang dihasilkan laut berupa bebatuan,
cangkang kerang, sisik ikan, tulang ikan dan tumbuhan laut. Sedangkan logam
memiliki banyak kekayaan alam diantaranya kayu, bebatuan, tanah liat, tumbuhan
(serat) dan masih lagi.
Bahan dasar yang digunakan
sebagai kerajinan dapat berasal dari bahan alam buatan, bahan limbah organik
dan bahan limbah organik. Semua bahan dapat diperoleh dari alam maupun yang
diolah sendiri bahkan hingga memanfaatkan bahan limbah yang ada di lingkungan
sekitar. Seorang perajin hanya memerlukan kreativitas dan ketekunan untuk dapat
menciptakan sebuah produk kerajinan yang dapat dinikmati banyak orang dan layak
jual.
Indonesia yang memiliki kekayaan
alam yang beraneka ragam, memberi inspirasi bagi perajin Indonesia untuk
memanfaatkan bahan alam sebagai media atau bahan berkreasi. Kreativitas para
perajin dan seniman sejak jaman pra sejarah hingga kini dari generasi ke
generasi yang dihasilkan secara turun-temurun hingga melahirkan karya kerajinan
yang bersifat kedaerahan yang lazim disebut dengan istilah seni tradisional.
Setiap daerah memiliki ciri khas yang unik dan menarik sebagai identitas daerah
setempat sesuai dengan bahan dasar kerajinan yang terkandung di setiap daerah.
Semua jenis bahan dasar untuk
memproduksi kerajinan yang telah disebutkan di atas, dapat digunakan sebagai
kerajinan fungsi hias dan fungsi pakai. Dalam mengolah bahan dasar kerajinan
fungsi yang diperlukan sebuah teknik yang sesuai dengan karakteristik bahan
dasar yang digunakan dan tujuan dari pembuatan produk kerajinan. Pasti banyak
teknik yang digunakan untuk bekerja dalam membuat kerajinan fungsi hias ataupun
fungsi pakai. Masing – masing teknik memiliki kekhasan sesuai dengan
karakteristik bahan dasar yang digunakan. Teknik pengerjaan sebuah seni
dipengaruhi oleh alat yang dipakainya. Sebuah alat dapat mempercepat dan
mempermudah produksi kerajinan. Peralatan yang digunakan juga sesuai dengan
kebutuhan penggunaan teknik tersebut. Teknik yang digunakan diantaranya adalah
teknik jahit untuk tekstil menggunakan alat mesin jahit, teknik ukir untuk kayu
menggunakan alat pahat, teknik rajat untukserat menggunakan alat hakpen, teknik
sulam untuk serat dan pita menggunakan jarum dan lain-lain. Namun ada teknik
yang tidak menggunakan alat melainkan cukup hanya menggunakan tangan saja
contohnya : teknik lipat untuk origami dan lain – lain.
Di bawah ini diperlihatkan berbagai alat untuk berbagai
teknik yang digunakan dalam kerajinan, di antaranya :
1. Canting untuk
membatik.
2. Alat tenun
ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk teknik tenun pada serat.
Selain itu, masih banyak lagi
yang dapat dipelajari sendiri sesuai dengan kekhasan masing – masing daerah.
Oleh sebab itu, kita harus mengenal berbagai teknik dan alat yang digunakan sesuai
dengan bahan dasar yang digunakan.
2. Keterampilan
Tangan.
Dalam sejarahnya, istilah
“Ketukangan” atau perajin, dahulunya merupakan proses kerja para tukang
berkembang menjadi “kekriyaan” (Craftmanship). Pada awalnya, pekerjaan yang
dilakukan dengan tubuh dan tangan tanpa dibekali ilmu desain. Ini semakin lama
semakin berkembang menjadi kerja yang bersifat modern, bahkan dapat melebihi
seorang seniman atau desainer. Ketukangan atau perajin tidak terbatas pada
keterampilan kerja tangan. Meskipun demikian, kita tetap melihat bahwa keahlian
tukang atau perajin merupakan keterampilan campuran antara berbagai jenis kerja
tetapi tetap dengan dasar kesadaran material.
Kesadaran material (material
Consciousness) adalah kesadaran bekerja melalui dan dengan peralatan yang ada
pada kita. Dengan kata lain, kesadaran seorang perajin untuk menghasilkan
sesuatu yang berkualitas berkualitas terhadap apa yang terpaut dengan peralatan
itu. artinya ketersediaan terhadap tenaga manusia, bahan, lingkungan alam,
lingkungan sosial dan sebagainya.
Seorang yang bekerja membuat
produk – produk kerajinan umumnya disebut perajin. Perajin yang telah
disebutkan diatas adalah seorang profesional yang bekerja secara konsisten
berkualitas tinggi dalam menciptakan sebuah produk. dalam hal ini sangat
dibutuhkan keterampilan tangan dalam mengerjakan pekerjaan manual yang bersifat
praktik, seperti halnya seorang mekanik. Teknologi hanya digunakan sebagai
pendekatan yang membuat kerja lebih efisien, misalnya dengan alat – alat bantu
kerja. namun, tidak semata – mata semua pekerjaan kerajinan tekstil dapat
dikerjakan dengan bantuan alat, meskipun dengan maksud agar produk yang
dihasilkan kerajinan dengan jumlah banyak.Misalnya, batik tulis yang sepenuhnya
dikerjakan secara manual.
Sebagai perajin dalam membuat
produk kerajinan pada umumnya satu konsep karya yang dapat diproduksi lebih
dari satu produk. Banyaknya produk yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Penggarapan produk tersebut dapat dikerjakan oleh beberapa orang
atau beberapa tenaga kerja. Sebagai contoh dalam memproduksi kerajinan batik
dapat dikerjakan oleh beberapa tenaga kerja melalui pembagian kerja sesuai
bidangnya masing-masing, yaitu ada tenaga bagian yang membatik, mewarna,
melorot dan melakukan finishing. Oleh karena itu, dapat dikatakan seorang
perajin membutuhkan orang lain yang memiliki keahlian di bidang masing-masing.
Dengan demikian, dari proses tersebut dihasilkanlah produk kerajinan tekstil
yang baik dan layak dipasarkan. hasil karya kerajinan memiliki ciri khas yang
unik dan menarik.
3. Tidak
Estetika.
Kegiatan membuat berawal dari
dorongan kebutuhan manusia untuk membuat alat atau barang yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari – hari. Kerajinan sebagai karya fungsional tidak cukup
memenuhi aspek fungsi saja memerlukan hanya menyentuh keindahan untuk
meningkatkan kualitas dan nilai ekonomisnya.
Nilai estetik dalam karya kerajinan fungsi hias dan fungsi
pakai dilihat dari aspek bentuk, warna ragam hias dan komposisi. dari bentuk
segi yang disuguhkan keberanekaragaman bentuk sesuai fungsi yaitu sebagai
produk hiasan, baik bentuk dua atau tiga dimensi. Produk kerajinan tapestry
dibentuk berdasarkan proporsi, komposisi,keseimbangan dan kesatuan,irama serta
pusat perhatian, sehingga dihasilkan produk kerajinan yang harmonis. fungsi sebagai
penunjang keindahan dan juga sebagai perlambangan. Adanya unsur estetik pada
karya kerajinan dapat meningkatkan citra produk kerajinan tersebut.
4. Unsur Hiasan
(Hiasan).
Tidak ada hiasan (ornament)
adalah unsur dekorasi yang dibuat dengan berbagai cara diantaranya, lukisan,
diukir dan dicetak. Ada dua jenis cara penerapan unsur hiasan pada produk
kerajinan, yaitu ;
A. Hiasan pada
permukaan Produk, yaitu hiasan yang dibuat setelah produk kerajinan selesai
dibuat.
B. Hiasan yang terstruktur
yaitu pembuatan yang dibentuk sejak awal kerajinan dibuat agar menyatu dengan
produk itu sendiri.
Ragam hias merupakan identitas
suatu daerah yang memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda dari satu
daerah dengan lainnya. Ragam hias daerah diaplikasikan pada bermacam-macam
benda, seperti kain, ukiran pada rumah dan perabotan rumah tangga, senjata
tradisional, alat musik tradisional,busana daerah, serta asesoris dan
perhiasan.
Tidak ada hiasan yang terdapat
pada ragam hias setiap produk kerajinan tekstil memiliki tradisi yang begitu
kental. Inilah yang merupakan khazanah kerajinan Indonesia sejak dahulu hingga
sekarang. Kerajinan Indonesia memiliki ciri khas yang tidak dapat disamakan
dengan negara – negara lainnya.
Ragam hias memiliki makna
simbolik, sehingga perajin perlu memahami tujuan dari pembuatan produk
kerajinan dan memaknaia ragam hias yang terkandung pada produk kerajinan
tersebut. Namun ragam hias dapat menjadi berbagai bentuk pengembangan atau
penyederhanaan. Hal ini dilakukan untuk produk sebagai bagian dari kerajinan.
Ragam hias yang ditampilkan pada
sebuah produk kerajinan tekstil bertujuan untuk keindahan dan keunikan. Oleh
karena itu, produk kerajinan fungsi hias menggunakan sama – sama membutuhkan
sentuhan sentuhan pada produk hiasan. Untuk kerajinan fungsi hias maupun fungsi
pakai, makna keberadaan ragam hias pada produk sama – sama untuk mendekorasi
sebuah benda agar lebih terlihat artistik. dalam penerapan pengaturan posisi
dan banyak atau sedikitnya ragam hias pada produk kerajinan dapat dilakukan
dengan menyesuaikan tujuan dan desain yang dibuat.
B. Jenis dan
Kerajinan Tekstil.
Jenis rancangan sebuah kerajinan
tekstil dapat diwujudkan dalam kesatuan bahan dan teknik. Sebelum menentukan
sebuah kerajinan, kita harus mengetahui jenis dan karakteristik dari kerajinan
tekstil. Rancangan dalam pembuatan tekstil juga perlu diperhatikan yaitu cara
menentukan susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur.
Dalam mendapatkan suatu produk
kerajinan tekstil yang baik memerlukan sebuah perencanaan yang didalamnya
terdapat kesatuan-kesatuan antara bahan yang digunakan dengan fungsi serta
jenis benda yang dibuat, kerumitan dalam pengerjaannya yaitu perpaduan yang
seimbang, atau saling bertentangan yang menghasilakan nilai estetis pada benda
tersebut.
Di bawah ini terdapat dua macam teknik dalam pembuatan
kerajinan tekstil, yaitu :
A. Teknik
Struktural.
struktural adalah susunan dari
garis, bentuk, warna dan tekstur dari suatu kerajinan tekstil yang dibentuk
dari bahan yang dijalin sesuai teknik pembuatannya. Misalnya tas yang dibuat
dengan teknik rajat.
B. Teknik
Dekoratif.
Decorative (Garnitur) adalah
sentuhan / perlakuan yang diberikan pada permukaan busana yang memberikan efek
visual dan memperindah penampilan. Misalnya tas kain katun yang dijahit, lalu
diberi hiasan dengan sulam pita.
Pembuatan produk kerajinan
tekstil yang dilakukan dengan kedua teknik ini memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lainnya. Karakteristik Teknik Struktural memiliki
kecenderungan lebih klasik, unik, rumit dan detail. Karena bentuk kerajinan
tekstil yang dibuat langsung saat membuat. Sedangkan Decorative Technic
memiliki kecenderungan hanya menghias permukaan sebuah benda. Meskipun
demikian, Dekoratif Technic memiliki kekuatan yang luar biasa memperindah
sebuah benda menjadi lebih menarik dan anggun disbanding sebelumnya. Oleh
karena itu, setelah memahami teknik, perajin kerajinan tekstil harus membuat
rancangan produk, menyiapkan bahan dan alat serta langkah-langkah pembuatan
produk kerajinan tekstil sesuai keinginan.
C. Proses Produksi
Kerajinan Tekstil.
Kerajinan tekstil sebagai fungsi hias yang dibuat dengan
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk Menuhi
Kebutuhan.
Perajin telah mempertimbangkan tujuan dari pembuatan produk
kerajinan tekstil fungsi hias yaitu untuk penghias. Sementara produk kerajinan
tekstil fungsi pakai yang digunakan sesuai kebutuhan. Contoh hiasan dinding,
fesyen, aksesoris dan elemen estetis interior.
2. Kerajinan
Tekstil Hasil Pengembangan.
Kerajinan tekstil dengan fungsi hias dapat pula dibuat
dengan memodifikasi bahan dan teknik. Para perajin membuat inovasi pada produk
kerajinan mereka yang dinilai telah menggunakan atau membosankan. salah satu
cara yang dilakukan dengan menambahkan hiasan pada sebagian karya agar terlihat
lebih unik dan menarik. Misalnya dengan memadupadankan bahan dasar yang berbeda
tekstur atau teknik pembuatannya, pada akhirnya menjadi satu kesatuan produk.
Cara seperti ini dinilai berhasil untuk dapat meningkatkan daya tarik dan nilai
jual produk yang dimaksud.
1. Permadani.
Para ahli antropologi menyatakan bahwa kegiatan menenun
sudah ada sejak 500 SM, terutama di daerah Mesopotamia dan Mesir. Selanjutnya
menyebar ke Eropa dan Asia, terutama India, Turki dan Cina. Oleh karena itu,
wilayah itu sejak dahulu dikenal sebagai penghasil permadani yang mendunia,
baik yang dikerjakan dengan keterampilan tangan maupun dengan mesin.
Saat kita menjelajahi Indonesia, terungkap banyak kekayaan
tenun menenun, dengan aneka ragam teknik dan prosesnya, serta ragam hias yang
beraneka ragam. Tenun yang menggunakan alat tenun seperti gedogan atau ATBM
(Alat Tenun bukan Mesin), dalam pembuatan hiasan tenun serat ini pun mengikuti
kebiasaan dalam pembuatan tenun pada umumnya.
Menenun bagi orang Indonesia merupakan suatu perwujudan
perwujudan yang dimulai dari tahapan kerja yang jelas, tata tertib yang harus
dipatuhi dan menjelma menjadi suatu kebiasaan. Adat istiadat, agama dan
lingkungan telah mempengaruhi para penenun dalam mengungkapkan jiwa pada
selebaran kain hasil tenunan mereka. Demikian pula pada pembuatan hiasan tenun
serat. dari proses tersebut terciptalah hiasan tenun serat yang indah menawan,
dan memiliki harmonisasi dari warna dan tekstur.
Sebuah. Bahan
Pembuatan Hiasan Tapestri.
Bahan yang digunakan untuk membuat hiasan permadani sebagai
berikut :
1. Benang tipis
untuk lungi : benang katun atau nilon tipis.
2. Benang tebal
untuk pakan : benang katun atau nilon tebal.
B. Alat Pembuat
Hiasan Tapestri.
Alat yang digunakan dalam pembuatan hiasan tapestry sebagai
berikut :
1. Kayu spanram
yang diberi paku untuk benang lungi.
2. Batang Kayu.
Bentuk batang kayu menyerupai sumpit sebagai pengikat benang
pakan yang berjalan. Dalam tenun atau anyam memiliki dua susunan benang yaitu
benang lungi yang disusun sebagai dasar bidang tenunan atau anyaman dan pakan
sebagai pembuat warna atau motif terstruktur.
C. Proses
Pembuatan Tapestri.
Pada tahap proses pembuatan kali ini disajikan pembuatan
hiasan tenun sederhana.
2. Batik.
Sejak masa lalu Indonesia telah menggunakan produk batik
sebagai alat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari mulai dari pakaian hingga
kebutuhan ritual budaya. Dalam sejarahnya,
secara pemilihan teknik rintang warna pada batik ditujukan untuk mengundang
keterlibatan roh mencegah pengaruh jahat. Para ahli meneliti lukisan – lukisan
yang ada pada dinding goa – goa di Indonesia. Kegiatan merintang warna ini
sudah dilakukan oleh manusia purba. Gambar yang paling sering muncul adalah
gambar tapak tangan yang dibubuhi pigmen merah. Jadi, dapat digambarkan bahwa
teknik perintangan warna pada pembuatan kain batik ini dipengaruhi oleh konsep
kepercayaan.
Dari teknik perintang warna tersebut, sejak dahulu pula
masyarakat Indonesia telah mengenal kain jumputan atau ikat pelangi atau
sasirangan atau iket celup (tie dye). Dalam perkembangannya, batik menjadi
kegiatan berkarya dengan teknik yang sama yaitu merintang kain. Teknik membatik
merupakan media yang dapat mempresentasikan bentuk yang lebih fleksibel, rinci,
rajin tapi juga mudah. Teknik batik tepat untuk mempresentasikan bentuk –
bentuk flora, fauna serta sifat – sifat bentuk yang rumit lainnya.
Pada batik terdapat ragam hias yang beraneka rupa. Ragam
hias batik merupakan ekspresi yang menyatakan keadaan diri dan lingkungan
penciptanya. Ragam hias diciptakan di atas dasar imajinasi individu ataupun
kelompok. Hampir secara keseluruhan, ragam hias batik dapat menceritakan tujuan
atau harapan individu atau kelompok tadi. Jika ragam hias yang diciptakan
berulang – ulang dan terus – terus menerus, maka akan menjadi sebuah kebiasaan
yang lama-kelamaan akan terbentuk tradisi dari sekelompok masyarakat tertentu.
Berdasarkan perkembangannya, ragam hias batik sangat
dipengaruhi oleh budaya luar sehingga corak batik yang beraneka ragam.
Berdasarkan wilayah penyebaran motif pada kain batik dan dilihat juga dari
periode perkembangan batik di Indonesia, batik dapat di bagi menjadi dua, yaitu
batik pedalaman (klasik) dan batik pesisir. Kedua istilah batik ini tidak hanya
berlaku pada masa sebelumnya, tetapi berlangsung hingga saat ini. Pembeda kedua
istilah batik ini terdapat pada cara pembuatannya dan motif atau corak yang ada
pada kain batik tersebut.
A. Batik
Pedalaman (Klasik).
Batik pedalaman adalah pengkategorian batik yang berkembang
di masa lalu. Dahulu pembatik – pembatik hanya ditemui di daerah pedalaman.
Selain itu, juga tidak sembarang orang dapat melakukan proses pembatikan, sehingga
jarang dijumpai di lingkungan masyarakat luas.
Pada masa kejayaan kerajaan di Indonesia seperti Majapahit,
kain batik hanya ditemui di kalangan raja – raja saja dan hanya petinggi kraton
yang boleh mengenakan kain batik. Oleh karena itu, pembatik hanya dapat
dijumpai di lingkungan keratin. batik keratin adalah batik yang tumbuh dan
berkembang di atas dasar – dasar filsafat kebudayaan Jawa yang mengacu pada
nilai – nilai spiritual. batik tersebut terdapat harmonisasi antara alam
semesta yang tertib, seri dan seimbang.
Para pembatik keraton membuat batik dengan cara yang tidak
biasa, yaitu menggunakan banyak proses dan ritual pembatikan. Para pembatik
kraton seperti ibadah, suatu seni tinggi yang patuh pada aturan serta Arah
arsitokrat jawa. istilah – istilah batik pun mulai dikenal sejak jaman ini dan
hampir semuanya menggunakan istilah dalam bahasa jawa. Ragam hias yang
diciptakan pun bernuansa kontemplatif, tertib, simetris, bertata warna terbatas
seperti hitam, biru tua (wedelan) dan soga / coklat. Ragam hias ini memiliki
makna simbolik yang beragam. Oleh karena itu, batik dikenal masyarakat sebagai
kebudayaan nenek moyang dari daerah jawa. Batik pedalaman sering disebut juga
sebagai batik klasik. hal ini sesuai dengan beberapa alasan diatas. Namun akibat
perkembangan masyarakat,
B. Batik
Pesisir.
Batik pesisir adalah batik yang berkembang di masyarakat
yang tinggal di luar benteng keratin, sebagai akibat dari pengaruh budaya
daerah di luar Pulau Jawa. Selain itu, adanya pengaruh budaya asing seperti
Cina dan India, termasuk agama Hindu dan Budha. hal ini menyebabkan batik
tumbuh dengan berbagai corak yang beraneka ragam. Para pembatik daerah pesisir
merupakan rakyat jelata yang membatik sebagai pekerjaan sambilan yang sangat
bebas aturan, tanpa patokan teknis. Oleh sebab itu, ragam hias yang diciptakan
cenderung bebas, spontan dan kasar dibandingkan dengan batik keraton.
Para pembatik pesisir lebih menyukai cara – cara yang dapat
menjelajahi batik seluas – luasnya sehingga banyak ditemui warna – warna yang
tidak pernah dijumpai di batik pedalaman / klasik. warna – warna yang digunakan
mengikuti selera masyarakat luas yang bersifat dinamis, seperti merah, biru,
hijau, bahkan ada pula yang oranye, ungu dan warna – warna muda lainnya.
Ragam hias pada karya batik Indonesia sangat banyak. Pasti
masing –masing motif memiliki makna sesuai dengan budaya masing – masing
daerah. Di bawah ini ditampilkan beberapa motif dengan makna simboliknya.
Motif trumtum, merupakan lambang cinta kasih yang tulus
tanpa syarat, abadi dan semakin lama semakin terasa subur berkembang
(Tumaruntum). motif bunga dan tumbuhan memiliki makna untuk selalu menjaga
kelestarian alam.
A. Bahan
Produksi Batik.
Bahan utama yang digunakan dalam membatik adalah kain katun
putih, malam dan pewarna sintetis atau alami.
1. Kain Putih.
Kain katun putih yang biasa digunakan adalah kain
Primissima, kain prima, kain merses, kain sutra, dan katun doby. kain katun
lebih mudah menyerap zat warna dengan baik disbanding jenis polyester.
Di bawah ini beberapa contoh kain katun :
Sebuah. Katun
Primissima.
B. Katun sutra.
2. Malam / Lilin.
Lilin yang biasa disebut malam ditemukan bahan yang
digunakan untuk membatik. sebelum digunakan, lilin atau malam harus dicairkan
terlebih dahulu dengan cara di atas kompor. Malam yang digunakan untuk membatik
berbeda dengan malam atau lilin biasa.
Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap, pada kain
tidak mudah saat pencelupan, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses
pelorotan Lilin malam dalam proses pembuatan batik tulis bekerja untuk
merintang warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak.
Bagian yang akan dibiarkan tidak ditutup malam.
3. Zat Pewarna
Batik.
Batik pewarna memiliki dua jenis, yaitu pewarna sintetis dan
pewarna alami. Pewarnaan sintetis menjadi bubuk, penggunaannya harus dilarutkan
terlebih dahulu. Pewarna sintetis untuk batik terdiri dari napthol, indigosol,
reaktif, dan frozen. Sedangkan pewarna alami berbentuk padat yang dicari dalam
beberapa jam, hingga menghasilkan ekstra zat warna alamnya. Pewarna alami di
antaranya adalah kayu secang, kulit manggis, daun nila dan jelawe.
C. Alat Produksi
Batik.
Peralatan batik terdiri dari berbagai macam, namun yang
utama adalah kompor, wajan dan canting
1. Canting.
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau
mengambil cairan. Canting terdiri dari canting tulis dan canting cap. Canting
bekerja semacam pena, yang di isi lilin malam cair sebagai tintanya.
Canting tulis terdiri dari beberapa cecek (lubang), ada yang
terdiri dari satu dengan berbagai ukuran kecil, sedang dan besar. Selain itu,
ada yang memiliki cucuk 2 dan 3. Bahkan, perkembangan teknologi telah
menggerakkan generasi muda untuk menciptakan canting yang dapat dikendalikan
dengan listrik. Canting jenis ini tidak membutuhkan kompor untuk memanaskan
malam.
Canting cap adalah alat yang terbuat dari tembaga yang
dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang diinginkan. Motif pada topi
kecenderungan. Cap yang digunakan untuk mengejar harga jual yang lebih murah
dan waktu produksi yang lebih cepat. Membatik dengan cap harus dialasi dengan
bahan berlapis – lapis yang berisi karung, spon, kain dan plastic. Spon
digunakan untuk menampung air, agar alas dalam keadaan lembab, untuk kekeringan
malam saat di atas kain. Selain itu, dibutuhkan wajan malam tersendiri yang
berukuran bulat dan lebar, yang dapat menampung alat cap yang digunakan.
2. Kompor.
Kompor adalah alat untuk membuat api untuk memanaskan lilin
malam. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak.
Namun sekarang ini juga telah banyak digunakan kompor listrik dan gas mengingat
bahan bakar minyak tanah semakin sulit dicari. Wajan peralatan yang digunakan
untuk mencairkan malam. Wajan terbuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan
sebaiknya bertangkai agar mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa
menggunakan alat lain.
Adapun alat lain yang digunakan dalam membatik diantaranya :
dingklik, kursi pendek, pemidangan atau gawangan untuk membentangkan kain,
bandul timah untuk pemberat kain, pola batik, ember, panci dan wadah penampung
limbah malam.
D. Proses
Pembuatan Batik.
Dalam proses pembuatan batik dikenal ada tiga teknik, yaitu
teknik cap, teknik tulis serta teknik campuran cap dan tulis. Batik dengan
teknik cap dalam pembuatan batik dengan motif berpola. Motif yang dibuat
diperhitungkan dengan ilmu ukur sehingga hasilnya akan sesuai dengan keinginan.
Topi batik tidak memerlukan pola di atas kertas. Dengan menggunakan cap,
perajin sudah mengetahui secara pasti pola yang akan dihasilkan.
Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting dalam
membentuk gambar awal pada permukaan kain. Bentuk gambar pada batik tulis
Nampak lebih luwes dengan ukuran motif garis yang relatif bisa lebih kecil
dibandingkan dengan batik cap. Meskipun demikian, batik tulis juga dapat dibuat
ulang bentuk. Oleh karena itu, diperlukan pola yang dibuat pada kertas pola
dengan ukuran kain sebesar. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi
kain. Gambar tampak lebih rata (tembus bolak - balik), terutama batik tulis
yang halus. Sementara itu, batik dengan teknik campuran cap dan tulis meningkatkan
kuantitas produksi pesanan. Tujuannya agar pekerjaan menjadi lebih cepat dan
mudah.
Proses pembuatan batik tulis terdiri dari berbagai versi
sesuai kebiasaan dan kebutuhan perajin di masing – masing daerah. Istilah yang
digunakan dalam pembatikan biasanya menggunakan istilah dalam bahasa Jawa.
Proses Pembatikan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Nganji.
Pemberian kanji setelah kain cuci. Kegiatan mempersembahkan
kanji dapat dilakukan sesuai keinginan dan kebiasaan.
2. Ngemplong.
Penghalusan permukaan kain dengan cara dipukul – pukul
menggunakan alat pemukul dari kayu agar kain tidak kaku dan mudah menyerap
malam dan warna.
3. Nyungging.
Membuat pola di atas kertas.
4. Njaplak.
Menjiplak pola dari kertas ke kain.
5. Nglowong.
Pemberian lilin/malam pada kain sesuai pola.
6. Ngiseni.
Memberi motif isian ke dalam pola besar.
7. Nembok.
Penutupan pada bagian – bagian tertentu dengan malam agar
tetap berwarna putih saat dilorot.
8. Nilet.
Memberi warna dengan kuas atau kayu dengan ujung spon.
9. Nyelup.
Memberi warna pada kain dengan pencelupan.
10. Mopok.
Memberi isian pada latar belakang pola.
11. Nglorod.
Membuang lilin / malam yang sudah tidak diperlukan lagi agar
motif batik terlihat.
12. Nanahi.
Memberi isian dengan malam pada latar belakang pola.
13. Selanjutnya dapat
dilakukan pencelupan warna terakhir dan pelorotan.
3. Sulam.
Kegiatan menyulam sudah sejak lama dikenal dalam kehidupan
manusia. Bahkan, usia sulaman bisa dikatakan sama dengan ditemukannya pakaian
yaitu sejak tahun silam. Masyarakat di berbagai negara juga telah mengenal
sulam ini dengan baik. Bukti – bukti sejarah telah menunjukkan bahwa orang –
orang Mesir Purba, Babylon, Phoenica dan Yahudi telah lama mengaplikasi sulaman
untuk menghias jubbah mereka.
Sulam biasa disebut juga dengan border, adalah hiasan yang
dibuat di permukaan kain atau bahan lain dengan jarum jahit dan benang. Dahulu,
sulam lebih banyak menggunakan bahan dasar benang katun. Saat ini sulam telah
dikembangkan dengan pita dan benang nilon yang tebal dan kaku. Kain dan benang
yang dipakai untuk sulaman berbeda – beda menurut tempat dan negara. Sejak
tahun lalu, kain atau benang dari wol, linen dan sutra sudah dipakai untuk
membuat sulaman. Selain benang dari wol, linen dan sutra, sulaman modern
menggunakan benang sulam dari katun atau rayon.
Pada umumnya sulaman dengan benang menggunakan beberapa
jenis tusuk dasar seperti tusuk, jelujur, jejak jejak, silang, flanel, festoon,
rantai, melekat benang, batang dan sebagainya.
Hasil akhir sulaman dapat dibedakan menjadi berikut ini :
A. Sulam
Datar, hasil sulaman rata dengan permukaan kain.
B. Sulam
Terawang (Kerawang), hasil sulaman berlubang – lubang seperti menerawang.
C. Sulam
Timbul, hasil sulaman membentuk tekstur di permukaan kain sesuai motif yang
dibuat.
Pada masyarakat Melayu, khususnya masyarakat Sumatera barat,
sulaman telah mempengaruhi kehidupan masyarakat kaum perempuan. Perempuan
Minang diharuskan memiliki keterampilan menyulam sejak anak – anak sebagai
bekal keterampilan di masa mendatang. Meskipun dikerjakan dengan teknik yang
tidak mudah, para perempuan tersebut tidak merasa menjadi beban. Oleh karena
itu, di daerah ini banyak berkembang aneka jenis sulaman dengan nama dan gaya
pembuatan yang unik dan khas.
Beberapa jenis sulaman yang berkembang saat ini sebagai
berikut :
A. Sulam
Kepala Peniti.
Sulam kepala peniti merupakan sulaman dengan tekstur yang
mirip dengan jarum pentul yang berukuran kecil. Di Sumatera Barat, jarum pentul
tanpa kepala warna tersebut diberi nama Peniti.
B. Sulam Bayang.
Sulam Bayang merupakan jenis sulaman dengan teknik
penempatan kain yang bertindih, kain warna diletakkan pada bagian dalam / bawah
kain dasar sedangkan sulaman dilakukan pada bagian atas kain dasar.
C. Sulam Rendra
Bangku.
Sulam renda bangku merupakan jenis sulam yang memiliki
fungsi sebagai renda baju atau taplak dan lainnya. Dibuat diatas bangku kecil
berukuran bulat, maka disebutlah sulaman renda bangku. Benang yang digunakan
cenderung halus dan kecil.
D. Sulampita.
Sulam pita menggunakan pita – pita dengan berbagai ukuran
dan ketebalan yang bervariasi. Sulaman ini menggunakan jarum sulam atau jarum
kasur yang memiliki lubang benang dengan ukuran besar.
Jenis – jenis sulam yang masih dilakukan secara turun –
turun-temurun oleh masyarakat Sumatera barat adalah jenis sulam kepala peniti,
sulam bayang dan sulam renda bangku. Sedangkan sulam rajat, merenda dan sulam
pita banyak dilakukan di beberapa daerah lain, termasuk masyarakat Jakarta.
Para perempuan masa kini sudah mulai merasakan manfaat dari membuat sulaman
yaitu kegiatan pengisi waktu luang dan menghilangkan stres dari rutinitas
pekerjaan sehari – hari. Namun tidak hanya sekedar itu saja, kebanyakan orang
menyulam karena kecintaannya terhadap kegiatan tersebut. Jika tidak merasa
senang belum tentu pekerjaan dapat selesai dengan baik.
4. Jahit
Aplikasi.
Menjahit adalah sebuah kegiatan menyambungkan dua buah kain
dengan menggunakan benang dan jarum. Menjahit selalu identik dengan pekerjaan perempuan. Padahal
menjahit banyak juga diminati oleh kaum pria, karena menjahit merupakan
kegiatan yang mengasyikkan. bahkan bisa menjadi mata pencaharian. Seperti
halnya pekerjaan lain, misalnya polisi, tidak hanya ditekuni kaum pria, namun
juga wanita. Penjahit biasanya disebut dengan tailor, meskipun menggunakan
bahasa asing, namun istilah tailor ini sudah menjadi familiar di masyarakat
kita.
Jahit aplikasi merupakan bagian dari teknik menjahit. Jahit
aplikasi adalah tehnik menghias permukaan kain dengan cara menempelkan
guntingan kain pada kain yang berbeda warna dengan dasar kain, selanjutnya
diselesaikan dengan jahit tangan teknik sulam yang menggunakan tusuk hias
festoon. Jahit aplikasi cenderung menghias permukaan benda. sehingga kegiatan
menjahit dapat dikategorikan sebagai kerajinan yang memiliki fungsi hias.
Pada awalnya masyarakat kita mengenal teknik aplikasi dari
bangsa Cina. Negara – negara seperti Korea, Jepang, Malaysia, juga menyukai
produk aplikasi jahit. Dahulu hiasan yang menjadi aplikasi pada kain yang sudah
diproduksi secara masal dan sangat populer. Dengan adanya variasi motif
aplikasi yang dijual di pasaran, memudahkan masyarakat kita untuk
menempelkannya pada benda yang diinginkan. Bentuk – yang biasa dibuat terbatas
pada bentuk yang disukai banyak wanita, seperti bunga, boneka, buah, tokoh
kartun, alat transportasi yang dibuat jenaka dan lain – lain. Cara menjahitnya
pun masih sederhana, yaitu hanya dengan ditindih menggunakan mesin jahit pada
bagian pinggir motif atau dapat pula menggunakan jarum tangan dengan dijahit
tikam jejak atau sulam.
Pada perkembangannya masyarakat kita semakin kreatif. Dengan
menggunakan limbah perca, ternyata kita dapat membuat bentuk motif dengan
berbagai model. Jenis jahitan yang digunakan juga bervariasi ada yang
menggunakan sulam tepi ada pula yang menggunakan tusuk hiasan. Selanjutnya
dikenalah jenis aplikasi jahit yang merupakan khas Indonesia yaitu menggunakan
tusuk hiasan. Pengerjaannya pun masih manual yaitu menggunakan jarum tangan.
Pastinya prosesnya memakan waktu yang tidak terlalu lama, namun menjahit cukup
diminati masyarakat sebagai alternatif karya yang merupakan benda.
Adapun jenis – jenis jahit aplikasi terdiri dari :
A. Jahit
Aplikasi Standar (Onlay).
Jahit aplikasi standard (onlay) adalah membuat benda
kerajinan tekstil yang dikerjakan dengan cara membuat gambar pada kain,
kemudian ditempel pada lembaran kain kemudian diselesaikan dengan teknik sulam.
Fungsi jahit aplikasi adalah untuk menghias permukaan kain.
B. Jahit
Aplikasi Pada Potong Sisip (Inlay).
Jahit aplikasi potong sisip adalah teknik menghias permukaan
kain yang dikerjakan dengan melobangi bagian dasar kain yang telah digambari
motif sesuai rencana. Kain yang sudah berlubang itu pada bagian belakang
ditempel kain yang berbeda warna dan diselesaikan dengan tusuk hias festoon
dapat juga dengan mesin border.
C. Jahit
Aplikasi Pada Potong Motif.
Jahit aplikasi potong motif adalah teknik menghias permukaan
kain dengan cara motif yang ada pada kain, kemudian ditempel pada permukaan
kain. Teknik penyelesaiannya sama dengan menjahit aplikasi yang lain.
D. Jahit
Aplikasi Pada Lipat Potong.
Jahit aplikasi lipat potong adalah teknik menghias permukaan
kain yang dikerjakan dengan tangan atau mesin. Caranya melipat lembaran kain
kemudian dipotong sesuai rencana
sehingga hasilnya simetris kemudian ditempel pada dasr kain dan diselesaikan
dengan tusuk sate. Teknik aplikasi biasanya dikombinasikan dengan sulam datar.
E. Jahit
Aplikasi Pengisian.
Jahit aplikasi dengan pengisian adalah teknik menghias
permukaan kain yang dikerjakan secara manual atau mesin. Caranya sama seperti
pada menjahit tindas, bedanya pada penambahan potongan kain yang berbeda warna.
Pengisi susulan dapat juga ditambahkan dengan penambahan renda dan pita
penyelesaian sama dengan teknik aplikasi yang lain.
Merujuk pada keterangan atas mengenai jenis jahit aplikasi,
apakah Anda telah memahami berbagai cara yang dapat dilakukan dalam membuat
produk kerajinan dengan teknik jahit aplikasi tersebut?. Di bawah ini
dipaparkan mengenai alat, bahan dan proses pembuatan aplikasi jahit.
A. Alat
Produksi Jahit Aplikasi.
Dalam pembuatan aplikasi jahit, alat yang dibutuhkan hampir
sama dengan jahit pada umumnya. Alat-alat tersebut di antaranya adalah menjahit
tangan, gunting, jarum pentul, bantalan jarum, tudung jari, alat pemasuk
benang, pemidangan, pensil/kapur jahit, cukil/pendedel dan seterika.
1. Jarum Jahit
Tangan dan Jarum Sulam.
Jarum sulam bekerja untuk membuat berbagai macam tusuk hias
yang dikerjakan dengan tangan. Besar jarumnya tergantung pada benang yang
digunakan untuk menyulam. Jika menyulam menggunakan benang halus, maka jarum
yang digunakan adalah yang berukuran kecil, jika menggunakan benang yang besar
maka jarum yang digunakan adalah yang berukuran lubang besar.
2. Gunting.
Gunting yang dibutuhkan untuk membuat sulam meliputi :
gunting kain, gunting kertas, gunting benang dan gunting border / sulam.
3. Jarum Pentul
dan Bantalan Jarum.
Jarum pentul digunakan untuk membantu menggabungkan kain
satu dengan agar lainnya tidak bergeser dari tempatnya. Bantalan jarum untuk
memudahkan kita menempatkan jarum agar rapid an tidak berserakan.
4. Tudung Jari
dan Alat Pemasuk Benang.
Tudung jari digunakan untuk melindungi jari dari tertusuk
jarum. Alat pemasuk benang atau biasa disebut nenek bekerja untuk membantu
memasukkan benang pada lubang jarum.
5. Pemidangan.
Pemidangan digunakan untuk meregangkan kain agar permukaan
menjadi rata dan licin, sehingga memudahkan pada saat menyulam.
6. Pensil / Kapur
Jahit.
Pensil atau kapur jahit dibutuhkan untuk menggambar pola –
pola yang akan dijadikan aplikasi pada kertas dan kain.
7. Cukil/Pendel
Jahitan.
Cukil / pendedl digunakan untuk membongkar jahitan yang
salah.
8. Seterika.
Seterika yang digunakan untuk menghaluskan pola – pola
aplikasi agar lebih mudah dijahit.
B. Bahan
Produksi Jahit Aplikasi.
Bahan yang biasa digunakan dalam menjahit aplikasi terdiri
dari : benang jahit atau sulam, kain bermotif atau polos, dapat pula digunakan
kain perca. Saat ini sedang menjemur penggunaan kain felt atau flanel yang
memiliki ratusan ragam warna sebagai bahan aplikasi.
1. Benang Jahit
atau Benang Sulam.
Benang jahit atau sulam yang digunakan banyakwarna. Kita
dapat memilih penggunaan jenis benang dan warna yang diinginkan sesuai dengan
warna bahan.
2. Kain Bermotif
atau Polos dan Kain Felt.
Kain bermotif atau polos digunakan sebagai pola aplikasi.
Pemakaiannya disesuaikan dengan warna dasar kain. Kain felt memiliki tekstur
yang lembut dan agak tebal. Warnanya pun sangat menarik untuk digunakan sebagai
bahan aplikasi. Banyak orang memilih bahan untuk membuat produk aplikasi pada
kain.
C. Proses
Pembuatan Jahit Aplikasi.
Pada bagian ini dipelajari bagaimana membuat aplikasi
menjahit dengan bentuk bantal hias sederhana. saat membuat aplikasi tentukan
terlebih dahulu apakah permukaan yang digunakan adalah untuk memperindah sebuah
bantal yang ada atau memang sengaja dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan
benda yang diinginkan. dengan demikian, akan diketahui dari mana kita harus
mulai bekerja.
D. Kemasan Produk
Kerajinan Tekstil.
Kemasan merupakan Sentuhan akhir dari sebuah proses. Pada
karya modifikasi kerajinan dari bahan limbah organik, yang perlu diperhatikan
adalah ukuran dari karya. Tidak semua karya kerajinan dapat dibuat kemasan,
terutama karena ukuran karya yang sangat besar tidak dapat dibuat kemasan. Oleh
karena itu, kemasan dapat dilakukan pada karya – karya yang berukuran kecil
hingga sedang, yang mudah dibawa. Tetaplah mengikuti prinsip bahwa semua
terhadap cocok tidaknya sebuah produk pada kemasannya. Perlu diingat keempat
fungsi yang telah dibahas pada bagian terdahulu. Prinsip desain berkelanjutan
tetap menjadi prioritas, meskipun yang dibuat adalah kemasan, perlu adanya
kemasan agar tidak langsung dibuang namun dapat digunakan untuk fungsi lain
oleh konsumen. Dengan demikian,